Sabtu, 23 Juni 2012

TUGAS ANALISIS PEMENTASAN “OPERET BOBO KONYA LONYA LONYA”


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Seni pertunjukan atau pementasan drama merupakan wujud seni yang kompleks karena dapat merangkum berbagai ragam seni seperti sastra, rupa, musik, tari, dan peran.  Ragam seni yang awalnya berdiri sendiri-sendiri dapat dinikmati sebagai satu-kesatuan utuh yang harmonis dalam sebuah pementasan drama apabila digarap dengan baik dan profesional.
            Jika dahulu pementasan drama hanya mengandalkan kemahiran aktor/aktrisnya saja dalam memerankan lakon atau membawakan cerita, maka sekarang ini seiring dengan berkembanganya kreativitas, pementasan drama didukung dengan berbagai macam aspek pendukung. Pementasan drama yang merangkum berbagai ragam seni memerlukan kreativitas dan kemantapan dalam penggarapannya sebagai wadah mixing arts atau pencampuran beragam seni. Hal ini dikarenakan agar pementasan drama tersebut dapat berjalan harmonis dan memberikan efek menyenangkan bagi penonton. 
            Operet anak adalah drama singkat yang menonjolkan nyanyian dan musik yang dimainkan oleh anak-anak ataupun campuran anak-anak dan orang dewasa.  Adapun cerita yang diangkat adalah tentang dunia anak-anak.  Operet cenderung lebih lengkap dalam meramu berbagai ragam seni dalam pementasannya.
            Karya tulis ini berisikan analisis pementasan drama berupa operet yang berjudul Operet Bobo (Konya Lonya Lonya) dari segi seni pementasan drama sebagai mixing art yang disertai dengan penguatan berupa teori-teori yang relevan dengan pembahasan. Operet Bobo Konya Lonya Lonya merupakan salah satu dari sekian banyak judul operet yang dipentaskan dari sebuah cerita anak-anak yang ada dalam Majalah Bobo.  Kisahnya yang ringan dan benar-benar mencerminkan dunia anak, serta penggarapan pementasan yang melibatkan beragam jenis seni yang kompleks akhirnya menjadi alasan  penulis mengambil judul ini sebagai bahan analisis.
           

1.2  Rumusan Masalah
            Rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara lain :
  1. Bagaimana penyajian seni sastra yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ?
  2. Bagaimana penyajian seni rupa yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
  3. Bagaimana penyajian seni musik yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
  4. Bagaimana penyajian seni tari yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?
  5. Bagaimana penyajian seni peran yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya?

1.3  Batasan Masalah
            Batasan masalah dalam suatu kajian atau analisis  sangatlah penting dalam menentukan arah tujuan penulisan.  Karya tulis ini membatasi analisis pementasan drama berupa operet dengan judul  Operet Bobo Konya Lonya Lonya yang merupakan  mixing arts dari seni sastra, rupa, musik, tari dan peran yang dipertunjukan di atas panggung.

1.4  Tujuan
            Tujuan penulisan karya tulis yang berjudul “Analisis Mixing Arts pada Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya” antara lain:
  1. Mempelajari pementasan drama sebagai wadah mixing arts.
  2. Mengetahui dan mengidentifikasi ragam jenis seni apa saja yang terkandung dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya.
  3. Mengetahui bagaimana ragam jenis seni itu dapat dipadukan ke dalam pementasan drama seperti Operet Bobo Konya Lonya Lonya.
  4. Memperoleh pengetahuan baru tentang bagaimana mixing arts yang bermutu.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Pengantar
            Sejauh ini, banyak ragam seni yang terdapat di dunia seperti seni musik, sastra, tari,  rupa dan sebagainya.  Seni-seni itu berdiri sendiri-sendiri.  Namun, kini semua seni dapat dinikmati bersamaan dalam sebuah pertunjukkan drama. 
            Seni pementasan drama (teater) merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks dan rumit.  Dalam seni pementasan drama terdpat berbagai macam unsur seni seperti yang telah disebutkan di atas sehingga teater dianggap sebagai seni yang kompleks dan rumit.  Teater juga melibatkan banyak individu atau pun kelompok.
            Pertunjukkan drama dapat menjadi wadah yang menampilkan ragam seni secara bersamaan karena ia dapat merangkum semua jenis seni untuk dipertunjukkan.  Misalnya seni sastra yang merupakan dasar dalam dialog, kemudian seni musik, rupa dan tari yang mendukung cerita dalam drama.  Semua jenis seni itu saling mendukung satu sama lain dalam pementasan sebuah drama.

2.2  Seni Sastra dalam Pementasan Drama
            Sebagai salah satu genre sastra, drama tidak lepas dari yang namanya monolog ataupun dialog di dalamnya.  Seni sastra erat kaitannya dengan pembuatan naskah yang mengandung diksi, gaya bahasa dalam pengaturan dialog para pemainnya.
2.2.1  Diksi
       Diksi disebut juga pilihan kata.  Diksi dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang diapakai untuk mengungkapkan suatu ide (Keraf, 2008: 23).  Ketepatan diksi dalam sebuah drama sangat menentukan keberhasilan sebuah pementasan, karena apabila pilihan kata yang digunakan tepat maka penonton akan dengan mudah memahami isi dari pementasan itu.  Diksi tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang diciptakan dalam pementasan drama.
2.2.2  Gaya Bahasa
       Secara singkat, gaya bahasa merupakan cara menggunakan bahasa.  Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.  Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, begitu pula sebaliknya.
       Dalam sebuah pementasan, kepribadian dan watak tokoh dapat diamati dari gaya bahasa yang digunakannya.  Oleh karena itu, pemakaian gaya bahasa dalam sebuah pemetasan sangat penting untuk menunjang keberhasilan pementasan.

2.3  Seni Rupa dalam Pementasan Drama
Seni rupa adalah salah satu cabang dari seni yang mempunyai bentuk dan rupa baik dua dimensi, tiga dimensi, maupun empat dimensi yang dapat dilihat dan diraba, dan di dalamnya memiliki nilai estetika. Salihin (2011) mengatakan bahwa seni rupa dan seni pementasan drama (teater) selalu berhubungan, berkaitan dan saling mendukung antara satu dengan cabang seni lainya. Semua unsur seni rupa sangat berperan dalam dalam seni pertunjukan. Terutama dalam penataaan artistik seperti panataan cahaya atau warna lampu, tata busana, tata rias, properti, dan bentuk dan ruang dari pertunjukan (tata panggung).
2.3.1  Tata Rias
       Menurut Riantiarno (2011: 166), tata rias digunakan untuk memperjelas wajah dan ketokohan pemain.  Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh.  Tata rias dalam pementasan drama atau teater memiliki fungsi sebagai berikut:
1.    menyempurnakan penampilan wajah
2.    menggambarkan karakter tokoh
3.    memberi efek gerak pada ekspresi pemain
4.    menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh
5.    menambah aspek dramatik.
Tata rias untuk pementasan drama terbagi menjadi tata rias karakter, tata rias korektif dan tata rias fantasi.  Tata rias karakter adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus agar sesuai dengan karakter tokoh yang dimainkan.  Tata rias korektif adalah suatu bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan (koreksi) atau menyembunyikan kekurangan-kekurangan yang ada pada wajah dan menonjolkan hal-hal yang menarik dari wajah. Tata rias fantasi adalah tata rias dengan karakter khusus yang menampilkan wujud rekaan dengan menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil ada dalam kehidupan nyata (tokoh khayalan).
2.3.2  Tata Busana
Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu, syal, kalung, gelang, dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam pementasan drama (teater) memiliki peranan penting untuk menggambarkan tokoh. Busana dalam teater memiliki fungsi yang lebih kompleks, antara lain:
1.    mencitrakan keindahan penampilan
2.    membedakan satu pemain dengan pemain yang lain
3.    menggambarkan karakter tokoh
4.    memberikan efek gerak pemain
5.    memberikan efek dramatik
2.3.3  Tata Panggung
Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan.
Sebelum penataan, perlu diperhatikan terlebih dahulu bentuk panggungnya, apakah berbentuk proscenium ataupun arena.  Riantiarno (2011: 151) dalam menata panggung pun, tidak lepas dari apa yang disebut dengan properti atau perlengkapan pendukung. Properti dibedakan menjadi tiga yaitu set/dekor, set property, dan hand property. Set/dekor adalah bagian benda/gambar di panggung yang sifatnya permanen, misalnya rumah.  Set property adalah isi dari rumah itu seperti kursi, lemari, dan sebagainya.  Hand property adalah properti yang dibawa oleh pemain.ta sedemikian rupa agar dapat memeberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran dan musim dalam tahun dimana lakon dilangsungkan.
       2.3.4  Tata Cahaya
Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater. Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa.  Tata cahaya berhubungan dengan pengaturan lampu.  Dalam sebuah pementasan drama, menurut Edraswara (2011: 106) lampu harus ditata  dengan baik dan bukan hanya sebagai penerangan, tetapi mempunyai banyak fungsi lainnya.  Lampu yang berwarna tentu memiliki tujuan tertentu.  Kapan harus redup, merah , hijau, dan lain-lain tergantung artistik panggung.  Hal ini dikarenakan permainan lampu juga dibutuhkan untuk menghadirkan suasana yang dapat mempengaruhi emosi penonton.
           
2.4   Seni Musik dalam Pementasan Drama
            Pementasan drama sering kali diiringi oleh musik atau suara-suara (sound effect) yang mendukung untuk memberikan efek atau kesan tertentu.  Misalnya dalam memberikan efek terkejut, panik, tegang, sedih, gembira yang melua-luap, perkelahian dan sebagainya.  Selain itu, iringan musik atau suara  juga dapat berupa bunyi-bunyian yang digunakan dalam menampilkan kesan suasana seperti bunyi hujan, petir, dan sebagainya. Anang (2008) membagi musik dalam pementasan drama menjadi musik pembuka, musik pengiring, musik suasana dan musik penutup.
2.4.1  Musik Pembuka
       Musik pembuka  adalah  musik di awal pementasan drama yang berfungsi untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan teater yang akan di sajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton.
2.4.2  Musik Pengiring
       Musik pengiring merupakan musik yang digunakan unruk mengiringi pertunjukan di beberapa adegan pertunjukan teater atau perpindahan adegan/ seting. Fungsinya adalah untuk memberikan sentuhan indah dan manis agar ritme permainan seimbang dengan porsi permainan per adegan (tidak semua adengan di beri musik hanya poin-poin adengan tertentu yang dirasa perlu karena dapat merusak keseimbangan pertunjukan), seperti susana, lampu, seting, kostum, mimik ekspresi, maupun properti.
       Musik pengiring dibedakan menjadi dua yaitu iringan utuh dan iringan potongan.  Iringan utuh artinya iringan yang selalu ada sepanjang pementasan, sedangkan iringan potongan artinya iringan yang hanya berupa potongan-potongan pada adegan-adegan tertentu.
2.4.3  Musik Suasana
Musik suasana adalah musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan teater baik senang maupun gembira, sedih, tragis.
Fungsinya yaitu untuk memberikan ruh permainan yang menarik, indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.
2.4.4  Musik Penutup
Musik penutup merupakan musik terakhir dalam dalam pementasan teater. Fungsinya adalah untuk memeberikan kesan dan kesan dari pertunjukan teater yang disajikan baik yang bersifat baik, buruk, gembira, sedih, sebagai pelajaran dan cermin moral penikmat seni teater.
            Waluya dalam Endraswara (2011: 48) menjabarkan fungsi tata iringan musik dalam pementasan drama sebagai berikut:
1.      memberikan ilustrasi yang memperindah
2.      memberikan latar belakang
3.      memberikan warna psikologis
4.      memberi tekanan kepada nada dasar drama
5.      membantu dalam penanjakan lakon, penonjolan dan progresi
6.      memberikan tekanan pada keadaan yang mendesak
7.      memberikan selingan.

2.5  Seni Tari dalam Pementasan Drama
Tari, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan badan yang berirama dan diiringi oleh suara musik.  Tari sering kali disuguhkan dalam sebuah pementasan drama.  Namun, pementasan drama tidak selalu mengandung unsur seni tari.  Seni tari biasanya dihadirkan dalam sebuah pementasan drama tertentu saja, karena seni tari bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada dalam sebuah pementasan drama. Ada sebuah drama atau teater yang menonjolkan unsur seni tari dalam pementasannya.  Pementasan drama ini disebut dengan sendratari. 
Seni tari hadir sebagai pelengkap dan menambah keindahan mixing arts pada sebuah pementasan drama.  Gerakan-gerakan yang ditampilkan pun memiliki makna yang sejalan dengan alur ceritanya.

2.6  Seni Peran dalam Pementasan Drama
            Seni peran disebut juga dengan akting. Akting adalah bagaimana seorang aktor memerankan sebuah lakon.  Hakikat seni peran adalah meyakinkan (make believe).  Jika berhasil meyakinkan penonton bahwa apa yang tengah dilakukan aktor adalah benar, paling tidak, itu sudah cukup (Riantiarno, 2011: 107). Seseorang yang melakukan akting dalam sebuah pementasan drama menurut Wright dalam Endraswara (2011: 58) harus memiliki empat kepekaan, antara lain: kepekaan akan ekspresi mimik, kepekaan terhadap suasana pentas, kepekaan terhadap penonton,  dan kepekaan terhadap suasana dan ketepatan proporsi peran (tidak lebih dan tidak kurang/tepat).
            Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur baik atau tidaknya akting dari seorang aktor/aktris, antara lain:
1.    Aktor/aktris membawakan suara, gerak tubuh,  dan kepribadian sesuai dengan tuntutan dan kepribadian dalam perannya.
2.    Akting terkendali. Menampilkan akting yang nampak mudah, wajar dan natural dengan penguasaan seni vokal, fisik, maupun emosional.
  1. Akting meyakinkan, jernih, terarah, tidak berlebihan dan penuh penghayatan.  Apabila seorang aktor memerankan lakon seorang yang sedang kedinginan, maka ia harus benar-benar seolah sedang merasa kedinginan sehingga meyakinkan penonton.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Penyajian Seni Sastra yang Ada dalam Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
            Operet Bobo Konya Lonya Lonya merupakan drama pendek yang menonjolkan musik dan tarian.  Meskipun lebih banyak menonjolkan musik atau nyanyian dan tarian, operet ini tetap menampilkan adanya dialog antar tokohnya melalui rekaman.  Operet yang mengisahkan tentang dunia anak yang penuh akan imajinasi ini banyak menggunakan diksi atau pilihan kata yang mudah dimengerti oleh anak-anak selaku pemain (aktor/aktris) maupun penonton.
            Diksi yang sederhana dipilih karena operet ini memang diperuntuhkan bagi anak-anak.  Ketepatan pilihan kata sangat dicermati oleh penulis naskah.  Tentunya hal ini dilakukan selain untuk memudahkan anak untuk mengerti isi ceritanya, tetapi juga agar operet ini dapat dikatakan bermutu.
            Selain diksi, unsur seni sastra yang terkandung dalam operet ini adalah pemakaian gaya bahasa. Gaya bahasa di sini memungkinkan penonton untuk dapat menilai karakter atau watak tokoh yang dimainkan oleh aktor/aktris.  Gaya bahasa setiap tokoh dibuat berbeda untuk membedakan wataknya.  Misalnya gaya bahasa pada tokoh Bobo berbeda dengan tokoh Upik.  Tokoh Bobo menggunakan gaya bahaya yang membuatnya terkesan cerdas dengan selalu berusaha menebak pertanyaan dari Pimpion, sedangkan tokoh Upik menggunakan gaya bahasa yang mengesankan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki watak penakut.

3.2  Penyajian Seni Rupa yang Ada dalam Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
            Operet Bobo Konya Lonya Lonya memberikan kesan yang luar biasa pada penonton.  Selain menampilkan khasnya sebagai operet dengan menonjolkan musik atau nyanyian dan tarian, hal yang membuat pementasannya berkesan adalah kreativitas dalam penggunaan unsur-unsur seni rupa pementasan seperti tata rias, tata busana, tata panggung (pentas) dan tata lampu.

3.2.1  Tata Rias
Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ini sangat memperhatikan tata rias pada aktor dan aktrisnya.  Tata rias digunakan untuk menampilkan atau memunculkan karakter yang diinginkan.  Operet ini menggunakan semua bentuk tata rias mulai dari rias karakter, korektif maupun fantasi.  Contoh rias karakter dapat dilihat dari tokoh Pimpion yang dirias agar menyerupai karakter seorang pria tua yang urakan.  Rias korektif contohnya pada tokoh Nirmala yang dihias dengan berbagai penyempurnaan agar terlihat lebih cantik dari aslinya.  Lalu, rias fantasi dapat dilihat dari tokoh Bobo yang juga merupakan tokoh fantasi, yaitu seekor kelinci yang bisa berbicara dan berdiri dengan menggunakan dua kaki.
3.2.2  Tata Busana
       Tata busana dan tata rias tidak dapat dipisahkan karena satu sama lainnya saling mendukung.  Misalnya untuk tata rias karakter seperti Pimpion, apabila rias wajahnya yangdibuat tua tidak didukung oleh busana atau kostum, maka karakter sebagai seorang pria tua akan kurang terlihat.  Begitu pula dengan tokoh seorang peri bernama Nirmala. Busana yang dikenakan tokoh Nirmala sangat cocok untuk karakter seorang peri yang baik hati.
3.2.3  Tata Panggung
       Tata panggung yang disajikan pada pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya nampak sudah diatur sedemikian rupa.  Panggung yang luas sudah diperkirakan sebelumnya untuk jumlah pemain yang mencapai puluhan orang.  Bentuk panggung proscenium dirasa paling cocok untuk pementasan yang memerlukan scenery atau tata dekor yang besar dan banyak ini.
       Dilihat dari perlengkapan pendukung atau properti, operet ini banyak sekali menggunakan properti seperti set/dekor, set property, dan hand property. Set/dekor pada pementasan operet ini adalah panggung kedua (berada di atas panggung utama) yang didekor menyerupai sebuah bukit.  Set property berupa  bagian dari bukit yaitu pohon-pohonan, kakktus, batu-batuan besar, dan sebagainya.  Set Proprety ini dikondisikan berbeda-beda sesuai dengan alur dan adegan yang ditampilkan.  Misalnya pada alur yang mengisahkan tentang hutan, maka set propertynya adalah pohon-pohon besar.  Namun ketika mencapai alur yang menceritakan kegersangan hutan, maka set property yang ditampilkan adalah batu-batuan besar dan pohon kaktus. Ada pula hand property, contohnya adalah tongkat sihir yang selalu dibawa kemana-man oleh tokoh Nirmala.
3.2.4  Tata Cahaya
       Saat menyaksikan video pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya, salah satu yang memukau adalah permainan cahaya atau lampunya.  Salah satu unsur artistik ini termasuk berpengaruh besar dalam membangun emosi penonton.  Penata cahaya dirasa sudah paham betul mengenai permainan lampu pada pementasan.  Penggunaan warna dan tujuan sorot lampu beriringan secara harmonis dengan musik dan gerakan pemainnya. Misalnya saja penggunaan lampu berwarna merah yang berkedap-kedip saat mengiringi peristiwa menegangkan, ataupun penggunaan lampu berwarna hijau cerah yang mendukung suasana yang menggambarkan hutan yang subur kembali.

3.3  Penyajian Seni Musik yang Ada dalam Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
            Sebagai drama operet, tentunya Operet Bobo Konya Lonya Lonya sangat mengandalkan unsur musik atau suara dalam pementasannya. Musik atau suara yang digunakan pun sangat variatif mulai dari suara burung, suara instrument pengiring suasana, dan bahkan nyanyian.
3.3.1  Musik Pembuka
       Operet Bobo Konya Lonya Lonya mengkondisikan penonton melalui musik pembuka dengan menggunakan nyanyian.  Melalui nyanyian ini, diharapkan penonton memperoleh sedikit gambaran mengenai cerita yang akan dimainkan, yaitu tentangkegembiraan anak-anak yang bermain di alam.
3.3.2  Musik Pengiring
       Musik pengiring yang digunakan dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ini adalah iringan potongan.  Tidak semua adegan diikuti oleh musik pengiring atau dengan kata lain, hanya pada adegan-adegan tertertu saja yang diikuti musik pengiring.  Misalnya pada saat Bobo, Paman Gembul, Upik dan yang lainnya sedang berdiskusi (adegan dalam menit ke-01:03 sampai ke-01:31).  Pada adegan ini diiringi oleh suara burung-burung yang bersahutan sehingga menimbulkan kesan keasrian sebuah hutan.
3.3.3  Musik Suasana
       Suasana akan lebih terasa apabila diiringi oleh musik.  Contoh musik suasana yang ada dalam pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya adalah musik intrumen yang menggambarkan suasana kebahagiaan saat Penyihir Konya Lonya Lonya membebaskan hutan dari pengaruh sihirnya (menit ke-04:39 sampai ke-05:13).
3.3.4  Musik Penutup
       Dibuka dengan nyanyian, maka pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ini pun ditutup dengan nyanyian kebahagiaan sebagai musik penutup.

3.4  Penyajian Seni Tari yang Ada dalam Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
            Sebagai pementasan drama yang menonjolkan musik dan tarian, pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya banyak sekali menampilkan tarian  dengan koreografi yang menawan.  Tarian yang disuguhkan bukan sembarang tarian untuk menggerakkan badan, namun gerakan-gerakan tarian di sini memiliki arti dan mendukung jalannya cerita.

3.5  Penyajian Seni Peran yang Ada dalam Pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya
            Berbicara mengenai seni peran, hal yang paling disoroti adalah akting pemainnya.  Salah satu yang menarik dari pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya ini adalah pemainnya kebanyakan adalah anak-anak.  Mereka memainkan peran atau berakting dengan baik meski dialog diakukan tidak secara langsung atau dengan menggunakan suara yang telah direkam sebelumnya.
            Aktor/aktris dalam operet ini membawakan suara, gerak tubuh dan kepribadian yang dapat dikatakan sesuai dengan tuntutan perannya.  Aktingnya pun terlihat cukup jernih, terarah, tidak berlebihan dan penuh penghayatan.  Contohnya saja tokoh gadis berslayer kuning.  Ia terlihat begitu luwes ketika memainkan perannya (berakting).  Penguasaan panggungnya pun baik.

BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
            Kesimpulan dari analisis pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya sebagai berikut:
1.      Penyajian seni sastra melalui diksi dan gaya bahasa yang sederhana dalam dialog antar tokohnya sesuai dengan konteksnya sebagai pementasan yang diperuntukan pada anak-anak.
2.      Unsur seni rupa seperti tata rias, tata busana, tata panggung (pentas) dan tata cahaya disajikan dengan amat baik dan sesuai, serta sangat mendukung suasana dan jalannya cerita.
3.      Seni musik sangat mendominasi dalam pementasan ini.  Musik yang disuguhkan begitu beragam dan mencakup musi pembuka, musi pengiring, musik suasana dan musik penutup.  Selain itu, pemain pun melengkapi keindahan musik dengan bernyanyi.
4.      Banyak sekali gerakan tari-tarian yang didukung oleh koreorgrafi yang mengandung makna.  Setiap gerakannya sesuai dengan alur cerita.
5.      Pementasan ini tidak lepas dari seni peran atau akting para pemainnya dengan karakter yang berbeda-beda namun tetap dilakoni dengan natural dank has anak-anak.

4.2  Saran
            Mixing arts pada pementasan Operet Bobo Konya Lonya Lonya begitu kompleks.  Paduan antara seni sastra, rupa, musik, tari dan peran sangat menghibur dan memberikan kesan “wah” bagi penonton.  Tentunya kegiatan pementasan seperti ini sangat bermanfaat baik bagi pelaku pementasan maupun pemain.  Namun tidak semua kalangan bisa ikut serta dalam operet besar yang mungkin memakan biaya yang cukup besar pula.  Masih perlu adanya ide-ide kreatif tentang bagaimana membuat sebuah pementasan drama yang bagus namun tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal.
DAFTAR RUJUKAN

Endraswara, Suwardi. 2011.  Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian). Yogyakarta: CAPS.
Keraf, Gorys. 2008.  Diksi dan Gaya Bahasa.  Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Riantiarno, Nano. 2011.  Kitab Teater Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukan.  Jakarta: Grasindo.
Tim Balai Pustaka, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anang. 2008. “Musik dalam Teater”. (Online) http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/musik-dalam-teater.html. Diakses 15 Juni 2012.
Salihin Ansar. 2011. “Peran Seni Rupa dalam Pertunjukan Teater”. (Online) http://ruparupa.blog.stisitelkom.ac.id/2012/04/17/peran-seni-rupa-dalam-seni-pertunjukan/. Diakses 15 Juni 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar